Tulisan ini merupakan tugas Matakuliah IT Management
Oleh Tri Oktavianto (30814238) dan Pujiyono (30814193)
STMIK INDONESIA
-----------------------------------------------------------------------------------------
Inilah beberapa faktor penyebab menurut Kami dari berbagai macam sumber, Kenapa perusahaan-perusahaan dibawah ini dinyatakan pailit.
SONY , PANASONIC , SHARP , TOSHIBA , dan SANYO
Oleh Tri Oktavianto (30814238) dan Pujiyono (30814193)
STMIK INDONESIA
-----------------------------------------------------------------------------------------
Inilah beberapa faktor penyebab menurut Kami dari berbagai macam sumber, Kenapa perusahaan-perusahaan dibawah ini dinyatakan pailit.
SONY , PANASONIC , SHARP , TOSHIBA , dan SANYO
1.
Tidak mampu menangkap kebutuhan konsumen
Sebuah
perusahaan harus mampu menangkap kebutuhan konsumen agar layanan atau produk
yang diberikan diterima pasar. Namun, jika hal itu diabaikan apa yang
dihadirkan perusahaan akan sia-sia karena tidak dapat diserap konsumen akibat
tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
2.
Terlalu fokus pada pengembangan produk
Fokus
terhadap pengembangan produk merupakan hal yang baik dan harus dipertahankan.
Namun, apa jadinya jika terlalu fokus terhadap hal tersebut? Selain melupakan
kebutuhan konsumen, perusahaan yang terlalu fokus pada pengembangan produk akan
kehilangan kepekaan terhadap apa yang terjadi di dalam perusahaan, situasi di
luar, dan lain-lain.
3.
Ketakutan berlebihan
Ketakutan
bangkrut, ketakutan rugi, ketakutan tidak dapat melayani konsumen, ketakutan
ketidakmampuan mengatasi masalah, semua itu wajar asal masih dalam porsinya.
Namun, apabila ketakutan itu melebihi batas normal, kondisi tersebut harus
diwaspadai karena akan menghambat kinerja perusahaan dan membawa kehancuran.
4.
Berhenti melakukan inovasi
Inovasi
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap pengusaha. Tanpa inovasi,
produk-produk yang dijual lama kelamaan akan membosankan bagi masyarakat yang
menjadi target pasar.
5.
Kurang mengamati pergerakan kompetitor
Kurang
mengamati pergerakan kompetitor akan menyebabkan sebuah perusahaan kalah
bersaing dan tertinggal jauh di belakang. Sebuah perusahaan harus tetap
memperhatikan langkah-langkah yang dilakukan kompetitor.
6.
Harga terlalu mahal
Beberapa
orang percaya bahwa harga mahal akan membuat produk sebuah perusahaan tampak
lebih bagus dan lebih mewah dari aslinya. Namun, apa jadinya jika ada
perusahaan baru yang mengeluarkan produk mirip dengan barang perusahaan Anda
dan menjualnya jauh lebih murah? Kemungkinan akan ditinggal konsumen sangat besar.
What
went wrong? Dan mungkin inilah kenapa perusahaan-perusahaan top Jepang itu jadi
seperti pecundang? Ada tiga faktor
Penyebab :
Faktor
pertama : Harmony Culture Error.
Dalam
era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision making.
Speed in product development. Speed in product launch. Dan persis di titik
vital ini, perusahaan Jepang termehek-mehek lantaran budaya mereka yang
mengangungkan harmoni dan konsensus.
Datanglah
ke perusahaan Jepang, dan Anda pasti akan melihat kultur kerja yang sangat
mementingkan konsensus. Top manajemen Jepang bisa rapat berminggu-minggu
sekedar untuk menemukan konsensus mengenai produk apa yang akan diluncurkan.
Dan begitu rapat mereka selesai, Samsung atau LG sudah keluar dengan produk
baru, dan para senior manajer Jepang itu hanya bisa melongo.
Budaya
yang mementingkan konsensus membuat perusahaan-perusahaan Jepang lamban
mengambil keputusan (dan dalam era digital ini artinya tragedi).
Budaya
yang menjaga harmoni juga membuat ide-ide kreatif yang radikal nyaris tidak
pernah bisa mekar. Sebab mereka keburu mati : dijadikan tumbal demi menjaga
“keindahan budaya harmoni”. Ouch.
Faktor
kedua : Seniority Error.
Dalam
era digital, inovasi adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus mengalir.
Sayangnya, budaya inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang
mementingkan senioritas serta budaya sungkan pada atasan.
Sialnya,
nyaris semua perusahaan-perusahaan Jepang memelihara budaya senioritas.
Datanglah ke perusahaan Jepang, dan hampir pasti Anda tidak akan menemukan
Senior Managers dalam usia 30-an tahun. Never. Istilah Rising Stars dan Young
Creative Guy adalah keanehan.
Promosi
di hampir semua perusahaan Jepang menggunakan metode urut kacang. Yang tua
pasti didahulukan, no matter what. Dan ini dia : di perusahaan Jepang,
loyalitas pasti akan sampai pensiun. Jadi terus bekerja di satu tempat sampai
pensiun adalah kelaziman.
Lalu
apa artinya semua itu bagi inovasi ? Kematian dini. Ya, dalam budaya senioritas
dan loyalitas permanen, benih-benih inovasi akan mudah layu, dan kemudian
semaput. Masuk ICU lalu mati.
Faktor
ketiga : Old Nation Error.
Faktor
terakhir ini mungkin ada kaitannya dengan faktor kedua. Dan juga dengan aspek
demografi. Jepang adalah negeri yang menua. Maksudnya, lebih dari separo
penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun.
Implikasinya
: mayoritas Senior Manager di beragam perusahaan Jepang masuk dalam kategori
itu. Kategori karyawan yang sudah menua.
Disini
hukum alam berlaku. Karyawan yang sudah menua, dan bertahun-tahun bekerja pada
lingkungan yang sama, biasanya kurang peka dengan perubahan yang berlangsung
cepat. Ada comfort zone yang bersemayam dalam raga manajer-manajer senior dan
tua itu.
Dan
sekali lagi, apa artinya itu bagi nafas inovasi? Sama : nafas inovasi akan
selalu berjalan dengan tersengal-sengal.
KODAK
Lalu Berbicara mengenai Kodak , kenapa
Kodak bisa bangkrut atau dinyatakan pailit, ada faktor-faktor berikut yang
menyebabkan Kodak pailit :
1. Tidak
sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahunnya.
Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang
sukses menciptakan arus pendapatan baru saat bisnis mereka menurun,kesalahan
kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi
digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang
membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain. Sejak 1888, George
Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar.
Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll
dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada 1960, Kodak mulai mempelajari
potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu
insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital.
2. melewatkan
peluang bisnis
Di Consumer Electronics Show di Las Vegas
tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang
diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke
Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa
terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi
3. ketidaksiapan perusahaan mengantisipasi trend
perkembangan teknologi.
Inovasi teknologi yang lambat, sehingga
tidak mampu bersaing dengan perusahaan baru. Kodak juga terlambat membaca
peluang bisnis di segmen kamera digital. Kodak juga tidak berhasil menangkap
peluang emas dengan kebesaran nama yang dimilikinya untuk meraih pasar yang
lebih luas. Kodak sebagai sebuah organisasi seharusnya terus melakukan
pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan suatu oraganisasi untuk terus menerus
melakukan proses pembelajaran sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan
berfikir dan bertindak dalam merespon perubahan yang muncul untuk menghadapi
pesaing-pesaingnya.
ENRON
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara 1941 hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta komunikasi.
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara 1941 hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan Northern Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta komunikasi.
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan
permohonan perlindungan Chapter 11 akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan
tersebut. Kebangkrutan ini disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan
manajemen (Eiteman, dkk, 2007). Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreati.
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating
perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan
trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan
perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan.
Terjadinya penurunan nilai rating
investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya
tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang
sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya
sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang
dilakukan karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama
yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi
ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai
ekuitas perusahaan jatuh.
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga
eksternal juga ikut bertanggung jawab terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;
1.Auditor
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan
akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah
melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron
memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan
dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana
hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen
mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron,
$5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2.Konsultan
hukum
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson
& Elkins juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk
menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas umum atas semua
yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan mengapa tidak
ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini
menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya
tentang kepemilikan di SPEs.
3.Regulator
Enron sebagai perusahaan yang melakukan
perdagangan di pasar energi diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission
(FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini
dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di
satu negara, yaitu antar negara.
4.Pasar
ekuitas
Sebagai perusahaan publik, Enron
diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam pengawasannya SEC,
tidak melakukan investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi ulang
terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga
lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan
Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak
hanya melakukan verifikasi firsthand.
5.Pasar
hutang
Enron, seperti perusahaan lainnya
menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar
Standard & Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini
dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan
diperdagangkan di pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya
melakukan analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron,
operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan
rating harus memeriksa total hutang perusahaan atau tidak. Khususnya yang
berkaitan dengan SPEs.
Meningkatnya defisit dalam arus kas
perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan yang mendasar pada
Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan
modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff
Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan
mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan
menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan
rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi
rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya
membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan
penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron
menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan
menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana
tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh
pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1)
ekuitas dalam bentuk saham tresuri, (2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari
aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang
besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan
tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini
menyebabkan harga saham SPEs berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham
SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs
turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga $47
per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini
menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan
Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang
tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses
akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay,
sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1
per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut. Pada Bulan Februari 2002,
Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang
aktivitas akuntansi perusahaan.
Kemudian Sherron Watkins menjelaskan semua
permasalahan tersebut, dan menyebabkan dirinya dijuluki sebagai courageous
whistleblower.
Pertanyaan :
Penyebab
utama kegagalan Enron?
Masalah yang berasal dari BOD yang
bersinergi dengan Andy Fastow membentuk SPEs. SPEs ini digunakan sebagai
perusahaan pengalihan utang Enron dan aset Enron yang bermasalah. Tujuan SPE
yaitu;
Menjual aset Enron yang bermasalah untuk
mendapatkan dana investasi baru
Menjual investasi yang bermasalah ke
rekanan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan sesuai dengan target dari
Wall Street
Eksternal
Auditor: Arthur Andersen bersikap tidak
independen dalam mengaudit laporan keuangan Enron
Untuk
mencegah masalah pada Enron :
Auditor: melakukan audit sesuai dengan
kode etik profesi akuntan dan GAAP. Audit forensik – Audit investigatif
Legal counsel: seharusnya melakukan
investasi secara detail dan menyeluruh pada manajemen, khususnya yang
menyangkut aspek legalitas pada kepemilikan dari SPEs.
Regulator: bertanggungjawab mengawasi
perusahaan secara mendalam, penerbitan peraturan dan UU khususnya dalam GCG
Equity market: seharusnya tidak langsung
percaya pada nama besar/ reputasi besar KAP Arthur Andersen tetapi juga
melakukan analisis laporan keuangan intensif dan investigasi secara mendalam tidak
hanya berdasar pada hasil audit.
Debt market: memberi rating perusahaan
sesuai dengan hasil investigasi yang mendalam
Bank and Bankers: bersikap independen
dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan dan menganalisis hubungan
kepemilikan antar perusahaan
Menyelesaikan
masalah yang terjadi :
Menerbitkan peraturan yang jelas untk
mengatur transparansi pengungkapan transaksi keuangan antar perusahaan
(regulator)
Tuntutan hukum terhadap manajemen Enron
yang bertanggung-jawab atas terjadinya permasalahan ini
Dibubarkannya firma KAP Arthur Andersen
Jasa audit KAP dipisah dengan jasa
konsultan perusahaan untuk independensi KAP
Banyak kasus auditor mengaudit laporan
keuangan perusahaan tidak bekerja dibawah pengawasan komite audit (KA) dan
tidak bebas dari pengaruh manajemen senior perusahaan – sehingga perlu KA dari
eksternal seperti akademisi dan praktisi akuntansi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar